Rabu, 26 Desember 2012

Yang Membatalkan Syahadat

Suatu waktu, menjelang ashar, beberapa anak kecil sudah terlihat berkumpul di halaman masjid. Satu per satu anak masuk ke dan keluar dari tempat wudhu sampai tibalah giliran anak terakhir. Anak terakhir itu lalu mendekati anak-anak lainnya yang sudah berada di dalam masjid, untuk sholat berjamaah. Sesampainya anak tersebut di tengah anak-anak lainnya, terdengarlah suara yang sudah tak asing, diikuti    wangi yang tak asing pula.
Spontan, anak-anak berkata, "Kentut? Batal dong!"
Merekapun menyuruh temannya,  anak yang kentut itu, untuk berwudhu kembali.

Anak-anak diajari, kamu pun sewaktu kecil diajari, apa yang membatalkan wudhu, sholat, dan puasa. Mereka tahu dan kamu pun pasti tahu bahwa kentut itu adalah salah satu yang membatalkan wudhu dan sholat. TAPI apakah kamu tahu apa yang MEMBATALKAN SYAHADATmu?

Sebelum wudhu, sholat, puasa, zakat ataupun haji, hal yang pertama dilakukan seorang muslim adalah bersyahadat. Jika sudah tahu syarat, rukun, dan hal yang membatalkan wudhu, sholat, puasa, zakat, dan haji, seharusnya juga sudah tahu hal yang membatalkan syahadat. Bukankah syahadat adalah, salah satunya, merupakan ruh iman? Dan bukankah iman adalah salah satu syarat diterimanya ibadah wudhu, sholat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya sebagai amal sholeh kita?

Maka, mengingat pentingnya kita tahu apa yang membatalkan syahadat sehingga kita bisa menjaganya, di sini akan disajikan apa saja yang membatalkan syahadat:

Syahadat berkaitan dengan tauhid. Setidaknya ada tiga hal yang dapat merusak tauhid kita:
1. Syirik (menyekutukan Allah)
    Syirik secara sifat adalah meyakini bahwa sifat-sifat makhluk sama dengan sifat-sifat Allah SWT. Syrik secara perbuatan adalah meyakini bahwa makhluk mengatur alam semesta dan rezeki manusia seperti yang telah diperbuat Allah selama ini. Adapun syirik secara ibadah adalah menyembah selain Allah SWT dan mengagungkannya seperti mengagungkan Allah SWT serta mencintainya seperti mencintai Allah SWT. Bentuk-bentuknya:
    a. menyembah patung atau berhala. (Baca firman Allah Q.S. 2: 30 dan 19: 42)
    b. menyembah matahari. (Baca firman Allah Q.S. 7: 54 dan 41: 37)
    c. menyembah malaikat dan jin. (Baca firman Allah Q.S. 6: 100 dan 34: 40-41)
    d. menyembah para nabi, seperti Nabi Isa AS yang disembah kaum Nasrani. (Baca firman Allah Q.S. 9: 30 dan 5: 72)
    e. menyembah rahib atau pendeta. (Baca firman Allah Q.S. 9: 31)
    f. menyembah taghut. Maksudnya segala sesuatu yg disembah selain Allah SWT. (Baca firman Allah Q.S. 16: 36, 2: 256, dan 39: 17)
    g. menyembah hawa nafsu yakni mengutamakan hawa nafsu di atas cintanya kepada Allah SWT. (Baca firman Allah Q.S. 25: 43 dan 45: 23)

    Adapun macam-macam syirik sebagai berikut:
    a. Syirik besar, yakni menyekutukan Allah dengan Makhluk-Nya. Dengannya, seseorang tidak akan diampuni dosanya dan tidak akan masuk surga. (Baca firman Allah Q.S. 4: 116). Syirik besar zhahir (tampak) yakni seperti menyembah bintang, matahari, bulan, patung, batu, pohon besar, manusia (seperti menyembah Fir'aun, raja, budha, Isa putera Maryam), malaikat, jin, dan setan. Syirik besar khafiy (tersembunyi) yakni seperti meminta kepada orang yang sudah mati dengan keyakinan mereka dapat memenuhi permintaan mereka atau menjadikan seseorang sebagai pembuat hukum (dengan menghalalkan dan mengharamkan sesuatu seperti halnya Allah SWT).
     b. Syirik kecil, yaitu tindakan yang mengarah pada syirik, tetapi tingkatannya belum sampai keluar tauhid (hanya mengurangi kemurnian tauhid). Syirik kecil zhahir berupa lafal dan perbuatan seperti bersumpah dengan nama selain Allah dan mengarah ke syirik.
           Rasulullah SAW bersabda, "Man halafa bighairillahi, faqad kafara wa asyraka (siapa saja yang bersumpah dengan selain Allah SWT, ia telah kafir dan musyrik)." (H.R. Imam Turmidzi)
         Termasuk lafal yang mengarah ke syirik pernyataan adalah "Jika bukan karena Allah SWT dan si Fulan, niscaya ini tidak akan terjadi" atau pemberian nama seperti Abdul Ka'bah (hamba Ka'bah). Mengalungkan jimat dengan keyakinan jimat itu mampu menyelamatkannya dari marabahaya juga merupakan syirik.
          Syirik khafiy biasanya berupa niat atau keinginan seperti riya dan sum'ah (melakukan ketaatan kepada Allah SWT dengan niat ingin dipuji orang). (Baca firman Allah Q.S. 2: 264) 

2. Al-Ihlad (menyimpang dari kebenaran)
   Meragukan Allah termasuk Ilhad, tindakan kezaliman pun termasuk Ilhad. Dari segi bahasa, ilhad adalah segala tindakan yang menyimpang dari kebenaran. Namun, secara definitif ilhad merupakan sikap yang menafikan sifat, nama, dan perbuatan Allah SWT.

3. An Nifaq (berwajah Islam, berhati kafir)
   (Baca firman Allah Q.S. 6: 35 dan 9: 67)
   Ciri-ciri orang munafik:
   a. mulut mereka mengatakan beriman kepada Allah SWT dan Hari Kiamat, sedah hati mereka kafir (Q. S. 2: 8-10)
    b. ketika dikatakan kepada mereka agar jangan berbuat kerusakan, mereka mengaku berbuat kebaikan (Q.S. 2: 11-12)
   c. ketika bertemu dengan orang beriman mereka menampakan keimanan, tetapi ketika kembali ke kawan-kawan mereka sesama setan, mereka pun kafir (Q.S. 2: 13-15)
    d. ibarat orang berbisnis, mereka membeli kekafiran dengan keimanan karena setiap wajah mereka berganti-ganti, bergantung pada orang yang saat itu sedang bersam-sama mereka (Q.S. 2: 16)
   e. ibarat pejalan dalam kegelapan, setiap kali mereka menyalakan obor, seketika obor itu padam kembali (Q.S. 2: 17-18)
    f. ibarat orang yang ketakutan mendengar petir saat hujan turun, mereka selalu menutup telinga karena tidak ingin kebenaran yang disampaikan Rasulullah SAW masuk ke dalam hati mereka (Q.S. 2: 19-20)

Demikianlah beberapa hal yang merusak kemurnian tauhid (menghancurkan makna syahadatain).
Wallahu a'lam bishshawab.


Referensi (sumber): ___. 2009. Modul Tarbiyah Islamiyah. Jakarta: Rabbani Press.

Senin, 10 September 2012

Khadijah & Fatimah

Dikisahkan sedikit hal tentang Khadijah, istri pertama baginda Rasul Muhammad SAW. (dikutip dari CD Protet Pribadi dan Kehidupan Rasulullah SAW)

Khadijah sangat mengagumi akhlak dan kepiawaian Muhammad dalam berdagang. Khadijah juga menilai bahwa Muhammad cocok untuk dirinya. Keinginannya ini diceritakannya kepada seorang sahabatnya yang bernama Nafisah bint Munayyah.
Nafisah pun menemui Muhammad dan bertanya, "Hai Muhammad kenapa kamu belum menikah?"
Muhammad menjawab, "Saya tidak punya sesuatu untuk menikah."
Nafisah        : "Bagaimana kalau dia yang memenuhinya, dan seorang itu memiliki harta, kecantikan, keturunan yang mulia, dan kesetaraan. Apakah kamu mau?"
Muhammad : "Dan siapakah itu?"
Nafisah       : "Khadijah bint Khuwailid."
Muhammad : "Jika dia menyetujui, maka saya telah menerimanya."

Dikisahkan pula sedikit tentang Fatimah, salah satu putri Rasulullah SAW (dikutip dari CD Protet Pribadi dan Kehidupan Rasulullah SAW)

Saat Fatimah berusia sekitar 18 tahun, banyak yang datang melamarnya. Di antaranya adalah Abu Bakar dan Umar. Namun, Rasulullah SAW menolak pinangan tersebut, sampai akhirnya Ali menyatakan hasratnya dan Rasulullah SAW menerimanya lalu berkata, "Apakah kamu memiliki sesuatu?"
Ali menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah."
Rasulullah : "Mana baju perangmu yang dulu pernah aku berikan?"
Ali           : "Yang itu ada pada saya wahai Rasulullah."
Rasulullah : "Berikanlah itu kepada Fatimah untuk mahar."





Referensi:
Fathullah, Ahmad L. (writer). (2008). Potret Pribadi dan Kehidupan Rasulullah SAW. Jakarta: Pusat Kajian Hadis Al Mughni Islamic Center.

Selasa, 21 Agustus 2012

Berjilbab vs Mati

Saat itu aku masih kelas 6 SD saat aku berbincang bersama kakak laki-laki tertuaku dan ibu. Ibu memberi arahan mengenai SMP yang bagus yang terbaik yang bisa - harus - aku masuki setelah lulus SD. Ibu menginginkan aku mengikuti jejak kakakku yang masuk SMP favorit di kota. Namun, kakakku segera mengatakan bahwa aku masuk pesantren gontor saja.

"Apa! Nginep di rumah nenek yang deket aja ga betah apalagi tinggal di pesantren. Ga mau!!!" teriakku dalam hati.
"Ya, liat nanti." kata ibu.
"Kalau Desi ga bisa masuk SMPN 3 atau 1, berarti masuk gontor." kata kakakku kemudian.

Bagiku, ini seakan ultimatum yang tiada kata untuk menolak/menyanggah sehingga meski hati menjerit tidak, lidahku kelu untuk mengungkapkannya apalagi kepada kakak yang dulu bagiku sangatlah galak melebihi ibu. Jadi sebenarnya perbincangan saat itu lebih merupakan perbincangan satu arah - mengarah padaku - . Di satu sisi, ultimatum itu mendorongku untuk belajar lebih serius agar bisa memenuhi harapan ibu.

Namun, apa mau dikata, ketika waktu pengumuman kelulusan tiba, Nilai Ebtanas Murni (NEM) ku tidaklah besar sehingga tidak bisa masuk ke sekolah-sekolah favorit. Di saat itulah, hatiku mulai tidak karuan. Sungguh aku tak mau masuk pesantren karena aku tidak bisa tinggal jauh dari ibu saat itu.

Aku tidak ingat, apakah aku merengek saat itu kepada ibu agar aku tidak dimasukkan pesantren ataukah ibu sendiri yang tidak rela anak perempuan satu-satunya meninggalkannya jauh-jauh sehingga pada akhirnya aku pun tidak dimasukkan ke pesantren. Aku masuk SMP meski tidaklah yang favorit tetapi yang lumayan bagus - katanya -.

Perbincangan antara aku, ibu beserta kakak laki-laki tertuaku kembali terjadi sebelum aku mendaftar dan mulai sekolah di SMP itu. Kali ini, tidak lagi mengenai sekolah lanjutanku tetapi mengenai hal lain. Kakakku yang merupakan aktifis rohis di SMA nya begitu menggebu menyuruhku untuk berjilbab. Saat itu aku tak tahu, apa sih pentingnya berjilbab itu. Lagipula aku masih kecil, pikirku. Ibu memiliki pemikiran yang sama denganku sepertinya sehingga tak keluar sedikitpun kata-kata ibu yang menyuruhku menurut pada kakakku.

Meski aku, lagi-lagi, tak bisa mengungkapkan keenggananku untuk berjilbab, kakak tidak bisa memaksa jika ibu tak setuju. Akhirnya, seragam SMP yang dibelipun kemeja putih berlengan pendek dan rok biru sepanjang lutut.

Hari-hari baru di SMP aku jalani tidak tanpa pengawasan kakak laki-laki tertuaku itu. Pakaian seragam yang aku kenakan ia perhatikan. Jika menurutnya ketat, dia ingatkan aku untuk tidak memakainya lagi. Alhamdulillah, hidayah dari Allah, aku pun merasa tidak nyaman dengan pakaian ketat sehingga seragam dan pakaian lainnya yang sering sekali kupakai adalah yang longgar. Jujur, dulu meskipun belum berjilbab, aku tak mau / tak suka ada lelaki yang menggodaku ketika aku lewat atau memandangi dada dan lekukan tubuhku. Entahlah, risih rasanya.

Selain itu, kakakku pun tidak bosan-bosannya menasihatiku agar berjilbab. Saat itu, seperti biasa, aku tidak bisa berkata tidak meski diri ini bertanya-tanya, "kenapa sih kakakku segitunya?! Kenapa aku harus berjilbab?"

Seperti yang kukatakan, kakakku tidak bosan, berbulan-bulan hingga aku naik ke kelas 3 SMP, di sela-sela perbincangan aku dan dia, kakak mengingatkan agar aku berjilbab. Dengan petunjuk dari-Nya, aku dipertemukan dengan seorang siswi berjilbab sangat panjang. Dia berbeda kelas denganku dan kami tidak dalam satu organisasi. Namun, takdir Allah, kami jadi saling kenal dan dekat sehingga kami seringkali ke pengajian di DT setiap hari Ahad bersama-sama. Oleh karena itu, jika sebelumnya aku mengaji dengan kakakku saja, sejak aku mengenal siswi itu, kami pergi bertiga. Kakakku yang mengantarkan dan menemani kami. Kakakku amat senang, adiknya kenal dengan siswi berjilbab itu sehingga ada celahlah kakak untuk memotivasiku agar berjilbab sepertinya juga.

Alhamdulillah, hidayah Allah, kemauanku untuk berjilbabpun muncul di cawu ke-2 kelas 3 meski masih tak tahu apa hakikatnya. Namun, karena tanggung mau lulus, sayang beli seragam baru yang panjang. niat berjilbab pun diurungkan. Jujur, pada saat itu, aku merasa senang karena tak jadi dijilbab - masih labil -.

Beberapa bulan kemudian, akupun lulus SMP. Kakak mengingatkan kembali, "Sekarang, bener ya dijilbab. Mau nanti keburu mati?"

Bagaikan pisau menghujam dada, kata-kata itu membuatku jadi berpikir betapa pentingnya berjilbab meskipun masih belum tahu hakikatnya. Sejak itu, aku azamkan, "Ya, insya Allah aku akan berjilbab
 setelah mendapat seragam SMA." 

Sejak itu, aku memesan seragam SMA yang panjang untuk berjilbab. Ibu dan aku pun mulai mengumpulkan (membeli) pakaian-pakaian panjang agar bisa dikenakan dengan jilbab.

Aku bertambah tidak ragu untuk berjilbab ketika tahu teman-teman sekelasku pun berjilbab setelah mendapatkan seragam SMA.



-based on true story but has been modified-

Allah berfirman,
   "Dan katakanlah kepada para perempuan yang BERIMAN, agar mereka menjaga pandangannya, dan memlihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. ..." (Q.S. An-Nuur (24) : 31)

Allah pun berfirman,
   "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."

Berjilbablah meskipun engkau merasa belum siap.
berjilbablah meskipun masih ada bisikan yang mengatakan engkau belum siap.
SIAP lah menaati Allah sebelum malaikat izroil siap mencabut nyawamu.